PANAS

PANASModel Kacamata Wanita Tercantik Dengan Foto BACA SEKARANG
PANASAnggota Parlemen Luke Evans Berbicara Setelah Menjadi Korban Terbaru Serangan Phishing Honeytrap BACA SEKARANG
PANASDapatkan Implan untuk Kehidupan BACA SEKARANG
PANASLonjakan Laba Musim Panas Air Canada: Mengatasi Penundaan dan Kemenangan BACA SEKARANG
PANASMomen NBA Terbaik Dengan Foto BACA SEKARANG
PANASBantuan Luar Negeri Menjadi Pusat Perhatian BACA SEKARANG
PANASDilema Hukum Peter Navarro: Kerusakan Biasa BACA SEKARANG
PANASCassie Amato Memamerkan Lekuk Tubuhnya dalam Pakaian Renang Berani Saat Hari Pantai BACA SEKARANG
PANASSekolah Swasta Dekat Saya BACA SEKARANG
PANASUjian Akhir CGSC C400 BACA SEKARANG
HOMEPAGE
menu parafiks
MENGIKLANKAN :)
DAPATKAN BERITA DARI DUNIA ATAU LOKAL! PLICKER MENAWARKAN PENGALAMAN DAN PANDUAN KONTEN YANG HEBAT. MULAI SEKARANG UNTUK MENGALAMI. TETAP BAHAGIA.
Oliver Brown

Oliver Brown

Maret 19 2024

2 DK BACA BACA

23 Baca.

Komentar Kontroversial Ketanji Brown Jackson tentang Amandemen Pertama Memicu Perdebatan

Dalam argumen lisan di Mahkamah Agung minggu ini, Hakim Ketanji Brown Jackson memberikan komentar tentang hubungan antara pemerintah dan Amandemen Pertama yang memicu perdebatan signifikan. Kasus yang dimaksud berpusat pada gugatan yang diajukan oleh Missouri dan Louisiana yang menuduh pejabat tinggi pemerintahan Biden bekerja sama dengan Big Tech untuk menyensor pandangan tertentu. Selama dua jam perdebatan, para hakim membahas di mana letak batas antara persuasi yang diperbolehkan dan paksaan inkonstitusional.

Hakim Ketanji Brown Jackson mengambil pandangan yang tidak lazim, dan menyatakan bahwa Amandemen Pertama “melumpuhkan” kemampuan pemerintah untuk melindungi warga negara. Dia berargumen bahwa pemerintah mempunyai tugas untuk mendorong platform menghapus “informasi berbahaya,” bahkan dalam keadaan darurat. Namun, ada pula yang menganggap hal ini membatasi kebebasan berekspresi. Missouri AG Andrew Bailey mengatakan “seluruh tujuan Konstitusi adalah untuk melindungi kita dari pemerintah.” Ketua Hakim John Roberts juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai definisi kewenangan pemerintah yang terlalu sempit.

Komentar Jackson Memicu Diskusi

Ketanji Brown Jackson

Pernyataan Hakim Ketanji Brown Jackson memicu diskusi signifikan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Hakim-hakim konservatif mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pemerintah federal yang melampaui batas wewenangnya dan secara diam-diam menekan perusahaan-perusahaan swasta. Namun sejumlah hakim yang lebih liberal khawatir bahwa definisi kekuasaan yang sempit dapat menghambat respons terhadap ancaman seperti terorisme atau epidemi yang menyebar secara online. Pakar hukum memperdebatkan batas mana yang harus diambil untuk menyeimbangkan kebebasan sipil dan keamanan nasional. Perspektif Jackson menyoroti permasalahan kompleks seputar hubungan antara teknologi baru, kebebasan berpendapat, dan pengawasan pemerintah.

Mahkamah Agung diperkirakan akan mengeluarkan keputusan dalam kasus penting ini pada musim panas ini. Namun, komentar Hakim Ketanji Brown Jackson telah bergema di seluruh komunitas hukum. Perdebatan kemungkinan akan terus berlanjut mengenai seberapa besar wewenang yang harus dimiliki pemerintah untuk bekerja sama dengan lembaga swasta dalam kebijakan konten dan apa yang dimaksud dengan penggunaan “mimbar penindas” yang tepat. Keputusan akhir ini dapat berdampak signifikan pada keseimbangan antara Amandemen Pertama dan tanggung jawab pemerintah untuk mengatasi tantangan modern.

Komentar Kontroversial Ketanji Brown Jackson tentang Amandemen Pertama Memicu Perdebatan