Liz Cheney Bereaksi Terhadap Dukungan Mantan Wakil Presiden Mike Pence Dan Menggaungkan Pandangan Ayahnya Tentang Donald Trump
Pengumuman mantan Wakil Presiden Mike Pence pekan lalu bahwa ia tidak akan mendukung pencalonan Donald Trump sebagai presiden pada tahun 2024 mendapat reaksi dari tokoh Partai Republik Liz Cheney. Pence menyebutkan perbedaan kebijakan sebagai alasan untuk tidak mendukung mantan pasangannya. Menanggapi hal tersebut, Cheney menggemakan pandangan yang sebelumnya diungkapkan ayahnya, mantan Wakil Presiden Dick Cheney.
Saat ditanya tentang keputusan Pence di Twitter, Cheney membagikan klip video ayahnya yang mengkritik Trump. Dalam video yang diambil pada Agustus 2022, saat kampanye pemilihan kembali Cheney, Dick Cheney menyebut Trump sebagai “seorang pengecut” dan mengatakan bahwa Trump adalah “ancaman yang lebih besar bagi republik kita dibandingkan individu mana pun.” Dick Cheney menyatakan bahwa Trump bertanggung jawab atas serangan Capitol pada 6 Januari dengan menyebarkan kebohongan tentang penipuan pemilu.
Oposisi Cheney yang Berkelanjutan Terhadap Trump
Dukungan publik Liz Cheney terhadap komentar ayahnya terus menunjukkan penolakannya yang kuat terhadap Donald Trump. Sebagai salah satu dari sedikit anggota Partai Republik di Kongres yang bersedia memilih pemakzulan Trump yang kedua dan bertugas di komite 6 Januari, Cheney menghadapi reaksi keras dari anggota partainya sendiri. Dia kehilangan kursinya pada pemilihan pendahuluan Agustus 2022 setelah Trump mendukung lawannya. Namun, Cheney telah berjanji untuk terus berjuang untuk memastikan Trump tidak pernah menjabat lagi, karena dia menganggapnya sebagai bahaya bagi demokrasi Amerika.
Masih belum jelas apakah Mike Pence akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024, tetapi keputusannya untuk tidak mendukung dukungan publik Trump dan Liz Cheney terhadap pencalonan tersebut, menunjukkan bahwa tidak semua anggota Partai Republik mendukung mantan presiden tersebut. Perbedaan pendapat Cheney dan Pence terhadap dominasi Trump terhadap Partai Republik kemungkinan akan semakin membuat frustrasi para pendukungnya sekaligus menyemangati mereka yang berharap agar partai tersebut bangkit dari era Trump yang penuh gejolak.