Inggris Mempertimbangkan Perubahan Besar pada Undang-undang Aborsinya
Inggris sedang mengevaluasi ulang undang-undang aborsinya seiring dengan meningkatnya seruan untuk memodernisasi undang-undang yang sudah ketinggalan zaman. Anggota parlemen akan segera melakukan pemungutan suara mengenai amandemen yang sepenuhnya dapat mendekriminalisasi pemutusan hubungan kerja dan menurunkan batas kehamilan. Hal ini terjadi ketika negara-negara lain seperti AS membatalkan perlindungan dalam tren yang terpolarisasi. Inggris mungkin akan mengambil tindakan berbeda dengan menghapuskan aborsi dari hukum pidana sebagai upaya mendorong pendekatan berbasis kesehatan.
Saat ini, Inggris mengizinkan penghentian hingga 24 minggu dalam kondisi tertentu. Namun beberapa orang melihat hal ini dan larangan pidana sebagai hal yang terlalu membatasi. Penuntutan besar-besaran terhadap seorang perempuan atas aborsi yang dikelola sendiri menambah momentum perubahan. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar mendukung perempuan untuk memiliki akses tanpa takut dipenjara. Tokoh-tokoh penting seperti anggota parlemen Partai Buruh Diana Johnson memimpin tuntutan untuk memperlakukan aborsi sebagai masalah medis pribadi yang bebas dari sanksi pidana.
Anggota Parlemen Memperdebatkan Liberalisasi Undang-Undang Aborsi yang Membatasi
Tidak semua anggota parlemen mendukung liberalisasi undang-undang aborsi di negara tersebut. Beberapa kelompok Konservatif ingin mengurangi batas kehamilan atau membuat pengecualian untuk disabilitas seperti sindrom Down. Namun, dekriminalisasi mendapat dukungan dari kelompok medis yang peduli terhadap penuntutan dokter. Seperti di negara-negara lain, aborsi masih menimbulkan perpecahan di Inggris. Namun sebagian besar indikator menunjukkan dukungan publik terhadap kerangka kerja yang ada saat ini atau reformasi lebih lanjut yang memperluas dan bukan membatasi akses dan pilihan bagi perempuan.
Bagaimana perdebatan di Parlemen dapat berdampak pada undang-undang aborsi di seluruh negeri selama bertahun-tahun. Perubahan yang lebih moderat dapat dilakukan dengan pendekatan pencarian konsensus. Namun usulan yang lebih radikal berisiko memicu oposisi dan menghambat kemajuan. Terlepas dari hasilnya, diskusi ini menyoroti bahwa hak-hak reproduksi perempuan masih menjadi perdebatan politik secara global meskipun terdapat kecenderungan penerimaan yang lebih besar di kalangan masyarakat. Inggris mungkin menawarkan jalan alternatif dengan memperlakukan masalah ini sebagai masalah kesehatan dan bukan kejahatan.